Pendahuluan

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang dipenuhi tuntutan dan distraksi, kemampuan kita untuk fokus dan berkonsentrasi seringkali terganggu. Kelelahan mental menjadi hal yang lumrah, mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.

Namun, alam menawarkan solusi. Ketika kita berada di alam, kita cenderung lebih tertarik pada keindahan alam daripada fokus pada tugas tertentu. Hal ini karena alam menyediakan banyak hal menarik untuk dilihat dan didengar seperti pohon, gemercik air atau desiran angin. Ketertarikan ini memberikan pengalaman yang menyegarkan karena otak kita bisa beristirahat dari tuntutan untuk terus fokus.

Attention Restoration Theory (ART) menunjukkan bahwa kelelahan mental dan kemampuan konsentrasi dapat ditingkatkan dengan meluangkan waktu di alam atau melihat pemandangan alam. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa kita memiliki dua jenis perhatian: perhatian terarah dan daya tarik. Perhatian terarah adalah jenis perhatian yang kita gunakan saat fokus pada suatu tugas, sementara daya tarik adalah jenis perhatian yang kita gunakan saat secara pasif mengamati sesuatu yang menarik.

ART menyatakan bahwa kemampuan otak untuk fokus pada stimulus atau tugas tertentu terbatas dan bisa mengakibatkan ‘kelelahan perhatian terarah’. Paparan terhadap lingkungan alami mendorong fungsi otak yang lebih mudah, sehingga memungkinkan otak pulih dan mengisi ulang kapasitas perhatian terarahnya.

 

Empat Komponen Utama Lingkungan Pemulihan dalam ART

Agar sebuah lingkungan dapat memberikan manfaat restorasi perhatian secara optimal, ART mengidentifikasi empat komponen kunci:

  1. Being Away (Menjauh). Lingkungan yang berbeda dari rutinitas sehari-hari, memberikan kesempatan untuk melepaskan diri dari stres dan tuntutan biasa.
  2. Extent (Keluasan). Lingkungan yang luas dan kaya akan elemen menarik untuk dieksplorasi, merangsang rasa ingin tahu dan eksplorasi.
  3. Soft Fascination (Kelembutan Daya Tarik). Lingkungan yang menarik perhatian tanpa usaha sadar, seperti suara gemericik air atau pemandangan yang indah.
  4. Compatibility (Kesesuaian). Lingkungan yang sesuai dengan tujuan dan keinginan individu, memungkinkan pengalaman yang memuaskan dan bermakna.

 

 

Bukti Ilmiah Terapi Hutan

Semakin banyak penelitian yang mendukung ART, menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di alam dapat memberikan berbagai manfaat kognitif dan psikologis. Studi-studi ini telah membuktikan bahwa terapi hutan atau forest healing dapat:

  • Peningkatan kemampuan kognitif karena meningkatnya fokus, konsentrasi, dan daya ingat.
  • Peningkatan kesehatan mental melalui pengurangan stres, kecemasan, dan depresi.
  • Peningkatan kreativitas, pemikiran baru dan kemampuan pemecahan masalah.

 

Bagaimana Terapi Hutan Meningkatkan Fokus Kita?

Berdasarkan ART, ada beberapa cara untuk memanfaatkan kekuatan penyembuhan hutan guna meningkatkan fokus:

  • Menghabiskan waktu di alam secara teratur: Berjalan-jalan di hutan, berkemah, atau sekadar duduk di bawah pohon dapat memberikan manfaat restorasi perhatian.
  • Menciptakan lingkungan kerja yang lebih alami: Menambahkan tanaman, suara alam, atau pemandangan alam ke ruang kerja dapat membantu mengurangi kelelahan mental dan meningkatkan fokus.
  • Menggunakan teknologi untuk membawa alam ke dalam ruangan: Ketika akses ke alam terbatas, menonton video alam atau mendengarkan suara alam dapat memberikan manfaat serupa, meskipun mungkin tidak seefektif pengalaman langsung di alam.

 

Terapi hutan, didukung oleh ART, menawarkan pendekatan yang terbukti secara ilmiah untuk meningkatkan fokus, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan meluangkan waktu untuk terhubung dengan alam, kita dapat memanfaatkan kekuatan penyembuhannya untuk menyegarkan pikiran dan jiwa kita.

 

Sumber :

Ackerman, C.E. 2018. What is Kaplan’s Attention Restoration Theory (ART)? https://positivepsychology.com/attention-restoration-theory/

Ohly, Heather, et al. 2016. Attention Restoration Theory  A systematic review of the attention restoration potential of exposure to natural environments. Journal of Toxicology and Environmental Health, Part B, 19:7, 305-343, DOI: 10.1080/10937404.2016.1196155