Tanah, dalam pandangan fikih Islam, adalah bumi itu sendiri. Al-Qur’an menggambarkan tanah sebagai tempat tinggal manusia selama hidup di dunia, asal mula manusia, tempat berpijak, dan tempat kembali setelah kematian. Tanah juga menjadi sumber kehidupan bagi tumbuhan, pepohonan, dan hewan. Oleh karena itu, tanah memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tidak hanya sebagai sumber makanan, tetapi juga sebagai alat bersuci dalam ibadah dan sumber air.

Al-Qur’an menggambarkan bumi sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi manusia karena menyediakan segala kebutuhan hidup. Bumi, dengan seluruh daratan, lautan, sungai, gunung, dan hutannya, disebutkan berulang kali dalam Al-Qur’an untuk mendapatkan perhatian serius dari manusia. Segala kebutuhan hidup manusia, seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, berasal dari bumi. Semua ini adalah nikmat Allah yang menopang keberlangsungan hidup manusia dan kehidupan di muka bumi.

Tanah adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di bumi. Segala sesuatu yang hidup bergantung pada tanah untuk mendapatkan rezeki, termasuk lebih dari 10.000 spesies tanaman pangan yang menjadi sumber makanan bagi hewan dan manusia. Tanah mengandung mineral, vitamin, dan protein penting bagi kehidupan manusia. Bahkan, segenggam tanah mengandung lebih banyak organisme hidup daripada jumlah manusia di Bumi. Tanah berfungsi sebagai “perut bumi” yang mengonsumsi, mencerna, dan mendaur ulang nutrisi serta organisme. Tanaman yang tumbuh di tanah yang sehat memiliki khasiat penyembuhan dan memberikan kesehatan bagi mereka yang mengonsumsinya.

Penting untuk diingat bahwa bumi adalah makhluk hidup yang harus dihormati. Tanah tidak hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk semua makhluk di alam. Inilah esensi dari spiritualitas tanah, yang menekankan pentingnya menjaga dan menghormati tanah sebagai sumber kehidupan yang berharga.

Namun, saat ini kita telah mencemari tanah, air, dan udara, yang mengancam kesehatan dan keberlanjutan kehidupan di bumi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari dampak negatif dari tindakan kita terhadap lingkungan dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi dan memulihkan tanah agar tetap sehat dan subur.

 

Memahami Tanah sebagai Makhluk Hidup

Spiritualitas tanah adalah cara memahami dan berhubungan dengan tanah sebagai entitas hidup yang menopang dan memelihara semua kehidupan. Tanah hidup dan memiliki kecerdasan. Segala sesuatu yang berasal dari tanah akan kembali ke tanah. Tanah mencerna jasad mati dan menjadi bagian dari dirinya sendiri. Tanah tahu apa yang harus dilakukan ketika benih terkubur di dalamnya. Ia membantu benih untuk bertunas dan mendukungnya untuk tumbuh. Tanah mengikuti ritme dalam memberi kehidupan pada tanaman. Namun tanah tidak tahu bagaimana cara menangani plastik, racun, dan benda-benda lain yang kita ciptakan. Benda-benda tersebut mengganggu ritme tanah. Tuhan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan aturan-Nya.

Tanah selalu menutupi dirinya dengan rumput agar terhindar dari sinar matahari. Rerumputan merupakan ciptaan Tuhan yang indah dengan nilai dan tujuan hakiki untuk dapat menghidupi makhluk yang hidup dalam tanah. Di mana ada tanah, di situ rumput akan tumbuh. Jika tidak ada rumput, sinar matahari langsung jatuh ke tanah, mengakibatkan penguapan kelembapan di dalam tanah. Ketika kelembapan hilang, mikroorganisme akan mati, dan tanah menjadi tidak subur, sehingga mengakibatkan penggurunan. Karena itu, untuk menghindari penggurunan, rumput bertunas di tempat yang ada lahan kosong. Saat rumput menyerap radiasi matahari untuk fotosintesis, panas matahari tidak berpindah ke tanah. Ini adalah rencana Tuhan yang berpandangan jauh ke depan dan indah. Tanpa mengetahui hakikat penciptaan, manusia membuang rumput dari bumi dan menjaganya tetap ‘rapi dan bersih’.

Manusia dapat memahami dan merasakan suara daratan ketika berjalan tanpa alas kaki. Saat kaki menyentuh tanah, kita bersentuhan dengan seluruh ciptaan. Berjalan tanpa alas kaki membuat kita tidak menginjak makhluk apa pun yang kita lihat di darat. Hanya ketika kita berjalan tanpa alas kaki, kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari tanah ini. Manusia merupakan satu-satunya makhluk di alam yang menggunakan alas kaki buatan yang berfungsi sebagai penyekat untuk menghindari kontak langsung dengan tanah. Kita memandang tanah dengan hina ketika kita berjalan dengan sandal dan berhati-hati agar tanah tidak mengotori tubuh atau pakaian kita. Padahal tanah dalam pandangan fikih adalah bumi itu sendiri. Di dalam Al-Qur’an, tanah disebutkan sebagai tempat hunian di mana manusia menetap selama hidupnya di dunia. Tidak hanya itu, tanah adalah asal manusia, tempat manusia berpijak, dan tempat manusia kembali saat meninggal.

 

Ancaman Terhadap Tanah

Penggunaan pupuk yang berlebihan, pencemaran limbah, tempat pembuangan sampah, pertambangan, penggundulan hutan, kerusakan lahan pertanian, dan kepunahan spesies tanaman melanggar rasa hormat dan kepedulian terhadap tanah yang Allah berikan kepada kita dan seluruh ciptaan. Masyarakat terkadang lupa bahwa barang-barang seperti botol plastik berkontribusi terhadap penyalahgunaan lahan. Banyak botol plastik yang berakhir menjadi sampah. Botol plastik membutuhkan waktu sekitar 1.000 tahun untuk terurai. Sumber kerusakan lain di tanah suci Allah adalah pertambangan dan produksi batu bara, minyak, dan gas. Kerusakan akibat bahan bakar fosil ini mengancam seluruh kekuatan kehidupan: tanah, udara. air, dan iklim. Tanaman dengan hasil tinggi saat ini menggunakan pupuk, herbisida, dan pestisida dalam jumlah besar. Penggunaan pupuk yang berlebihan – terutama nitrogen – merusak tanah; limpasan air menyebabkan pertumbuhan alga dan zona mati di air. Memproduksi satu jenis tanaman dari tahun ke tahun akan menghilangkan unsur hara dan bahan organik dari tanah. Hal ini mengakibatkan hilangnya struktur dan kesuburan tanah. Rotasi tanaman adalah cara yang jauh lebih baik untuk menyuburkan tanah. Agrobisnis juga memerlukan penggunaan insektisida dan herbisida. Ini bisa berbahaya dan menyebabkan serangga menjadi resisten. Kini beberapa perusahaan mengubah atau menambahkan gen, bahkan dari spesies berbeda, di laboratorium. Ketika benih atau serbuk sari dari Organisme Rekayasa Genetik (GMO) ini bermigrasi, mereka dapat menyebarkan gennya ke spesies asli dan membahayakan serangga asli yang bermanfaat.

 

Tanggung Jawab Manusia Terhadap Tanah

Dalam pandangan Islam, semua makhluk di bumi adalah ciptaan Allah dan merupakan bagian dari umat-Nya. Mereka hidup dari hasil bumi dan pada akhirnya akan kembali ke tanah. Al-Qur’an menegaskan bahwa semua makhluk di bumi ini adalah umat, sama seperti manusia, yang mendapatkan rezeki dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Israa’ [17]: 44)

Dalam Islam, manusia diberikan tanggung jawab sebagai khalifah di bumi, yang berarti kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan mengelola tanah dengan baik. Merawat tanah adalah bentuk ibadah dan tindakan yang mencerminkan rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat-Nya.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang menghidupkan tanah yang mati, maka tanah itu menjadi miliknya. Dan tidak ada hak bagi orang yang zalim atas hasil usahanya.” (HR. Bukhari)

Hadits ini menegaskan bahwa menghidupkan tanah yang mati, seperti dengan menanaminya atau mengolahnya, adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Orang yang menghidupkan tanah tersebut akan mendapatkan pahala dan kepemilikan atas tanah tersebut.

Selain itu, Islam juga mengajarkan untuk tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya. Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam menggunakan air, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir.” (HR. Ahmad)

Hadits ini mengajarkan kita untuk bijaksana dalam menggunakan sumber daya alam, termasuk tanah dan air. Penggunaan yang berlebihan dapat merusak lingkungan dan merugikan makhluk hidup lainnya.

Manusia memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga dan merawat tanah. Memahami spiritualitas tanah membantu kita untuk melihat tanah sebagai entitas yang hidup dan suci, bukan hanya sebagai sumber daya yang dapat dieksploitasi. Dengan merawat tanah, kita tidak hanya menjaga keberlangsungan hidup manusia, tetapi juga memenuhi kewajiban kita sebagai khalifah di bumi dan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Tanah merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro menguntungkan bagi mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, aktinomisetes, alga, dan protozoa. Jumlah dan jenis mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.

Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Pertanian Indonesia banyak yang rusak atau tercemar akibat pemakaian bahan agrokimia (pupuk kimia dan pestisida) yang berlebihan tanpa aturan yang berlaku (tidak sesuai dengan anjuran) sehingga terjadi residu bahan kimia logam berat, tanpa memperhatikan dampak jangka panjang (yang dimungkinkan dapat menurunkan produktivitas pertanian untuk tahun-tahun mendatang).

Petani selama ini tergantung pada penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

The continual ploughing of fields, combined with heavy use of fertilizers, has degraded soils across the world, the research found, with erosion occurring at a pace of up to 100 times greater than the rate of soil formation.

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (Qs. Al-A’raf [7]: 58)

 

Kesimpulan

Tanah dalam pandangan Islam, sebagai makhluk hidup yang menopang semua kehidupan di bumi. Al-Qur’an mengajarkan bahwa tanah bukan hanya tempat manusia berpijak, tetapi juga sumber kehidupan, makanan, dan ibadah. Namun, tanah saat ini menghadapi ancaman serius akibat polusi, penggunaan agrokimia berlebih, dan pengabaian lingkungan. Islam mengajarkan manusia sebagai khalifah di bumi, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan merawat tanah dengan bijaksana. Memahami spiritualitas tanah mengajak kita untuk menghormati dan melestarikannya demi kesejahteraan semua makhluk hidup. 

 

Referensi

Ingham, Elaine. 2016. 21st Century Garden: Healthy Soil, Nutritious Food & Compost Tea. https://www.youtube.com/watch?v=NuO9GQ94_JQ

Milman, Oliver. 2015. Earth has lost a third of arable land in past 40 years, scientists say. The Guardian. https://www.theguardian.com/environment/2015/dec/02/arable-land-soil-food-security-shortage

Punnackadu, M. K. 2023. Spirituality of Soil. The Goodness of Creation – 4. People’s Reporter.

Yafie, Ali. 2006. Merintis Fiqh Lingkungan Hidup. Yayasan Amanah